Masa itu dimana kaum muda yang bergerak. Masa itu dimana kaum muda menghimpun diri. Masa itu dimana kaum muda meruntuhkan sebuah hegemoni. Gambaran pemuda di masa itu menjadi buram di masa kini. Sekarang adalah era keburaman bagi kaum muda. Buram karena tak lagi ada pemuda yang memiliki semangat untuk mendongkrak derajat kaumnya (bangsa).
Menempuh pendidikan yang lebih tinggi hanyalah sebagai suatu tradisi agar tidaklah turun gengsi dan harga diri bagi seorang pemuda. Mendapat julukan sebagai kaum terpelajar adalah status yang terhormat dari pada status pemuda pengangguran. Menjadi seorang mahasiswa adalah label yang sangat membanggakan bagi dirinya. Dan utulah yang terjadi hari ini.
Menanggalkan seragam putih – abu-abu dan beralih menggunakan pakaian berkerah rapi bukan hanya berganti status dari siswa menjadi mahasiswa. Namun juga bertambah pula amanah sebagai seorang pemuda, sebagai seorang kaum terpelajar, untuk dapat memberikan kontribusi sebagai pemikir-pemikir revolusioner yang akan menerima tongkat estafet untuk meneruskan perjuangan dari pemimpin-pemimpin kita terdahulu dalam membangun Indonesia kearah yang lebih baik. Mengikuti kegiatan perkuliahan, menyerap ilmu yang telah diberikan oleh dosen, tak lain dan tak bukan agar apa yang telah kita terima kita wujudkan dalam bentuk pengabdian diri pada masyarakat.
Namun kekeliruan yang telah menjadi kebiasaan tersebut terus terwariskan oleh pemuda-pemuda dibawahnya. Universitas sebagai tempat menimba ilmu, tempat untuk melakukan berbagai penelitian yang nantinya bermuara untuk masyarakat sekarang ini telah berubah fungsi menjadi showroom mobil, panggung selebriti, dan pemberhentian sementara layaknya terminal bis. Pendidikan yang diperoleh hanya untuk mendapatkan nilai-nilai yang nantinya terakumulasi dalam bentuk ijasah sarjana. Menghadiri perkuliahan hanya untuk memenuhi buku presensi, menumpuk tanda tangan demi tanda tangan kosong tanpa kesadaran bahwa dirinyalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Negara ini.
Kenapa kita berkuliah dijawab dengan mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Tak salah jika seorang Tan Malaka kemudian kemudian berkata, “Bangsa Indonesia yang sejati belum mempunyai riwayat sendiri selain perbudakan”. Kehidupan bangsa ini tak lepas dari perbudakan, dimana asal muasal dari perbudakan itu adalah dari diri pemuda masing-masing yang tak pernah sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang terpelajar, sebagai kaum intelektual yang ikut berpartisipasi dalam usaha mewujudkan masyarakat adil makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar