Bagaimanakah manusia diciptakan dalam pandangan Islam? Pertama-tama Allah berfirman kepada para malaikat dengan mengatakan, “Aku ingin menciptakan seorang khalifah diatas bumi”. Betapa agung nilai manusia menurut Islam. Bahkan, humanisme Eropa pasca renaisans tidak pernah dapat memahami kesucian agung seperti itu bagi manusia. Allah, yang dalam pandangan Islamdan semua orang beriman, merupaka keberadaan paling agung dan paling mulia dari seluruh entitas, pencipta Adam, penguasa kosmos, berbicara kepada para malaikat, dan mengenalkan manusia kepada mereka sebagai wakil-Nya.
Maka keutamaan pertama yang manusia miliki adalah sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Allah ingin menciptakan wakil-Nya di bumi, di permukaan bumi. Orang mungkin berharap bahwa material-material yang paling suci dan bernilai akan dipilih. Sebaliknya, Allah memilih substansi-substansi yang paling rendah. Alquran menyebutkan pada tga kesempatan tentang substansi yang manusia dibentuk darinya. Pertama, Alquran menggunakan ungkapan “seperti tembikar” (QS al-Rahman 55:14),yaitu tanah kering dan terbentuk dari endapan. Kemudian Alquran menyatakan Seorang manusia tercipta dari tanah yang berlumpur hitam. (QS al-Hijr 15:26), tanah yang buruk dan berbau busuk, dan akhirnya Alquran menggunakan istilah thin, juga bermakna tanah (QS al-An’am 6:2; QS al-Mu’minun 23:12). Selanjutnya Allah mulai bekerja menciptakan wakil-Nya. Dalam bahasa manusia, symbol terendah dari kemalangan dan kehinaan manusia adalah lumpur. Tidak ada makhluk ang eksis di alam yang lebih rendah dari pada lumpur. Dalam bahasa manusia pula, wujud ang paling mulia dan yang paling suci adalah Allah, sedangkan bagian yang paling agung, suci, dan mulia dari setiap wujud adalah rohnya. Manusia, khalifah Allah, diciptakan dari lumpur, dari tanah hasil endapan, dari substansi terendah di dunia kemudian Allah meniupkan kedalamnya bukan darah-Nya atau jasad-Nya, tetapi roh-Nya, entitas termulia yang karenanya bahasa-bahasa manusia memiliki nama. Allah adalah wujuda ynag sangat mulia, roh-Nya adalah entitas paling mulia yang terkandung, dan konsep yang paling mulia yang pernah muncul dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, manusia tersusun dari lumpur dan roh ilahi, wujud dua dimensi dan makhluk dengan dua sifat karena berlawanan dengan segala wujud lainnya yang satu dimensi. Manusia tersusun dari dua unsure kontradiktif, yaitu lumpur dan roh Allah, kemuliaan dan pentingnya manusia justru berasal dari fakta bahwa manusia berasal dari makhluk dua dimensi. Jarak diantara dua dimensi manusia adalah jarak diantara tanah dan roh Allah.setelah menciptakan manusia, Allah mengajarkan manusia nama-nama. Ketika penciptaan manusia disempurnakan, Allah mengajarkan khalifahnya nama-nama sehingga manusia menjadi pemilik nama-nama itu. Kemudian malaikat menyuarakan protes, “Kami diciptakan dari api tanpa asap dan manusia diciptakan dari tanah, mengapa Engkau mengutamakan manusia dari kami?”. Allah menjawab, “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, bersujudlah kepada makhluk dua dimensi-Ku ini”. Seluruh malaikat, besar dan kecil, diperintahkan untuk bersujud di hadapan makhluk ini. Betapa manusia memiliki martabat dan ketinggian yang begitu besar, hingga seluruh malaikat walaupun mereka diciptakan dari cahaya, sedangkan manusia diciptakan dari lumpur dan tanah, malaikat diperintahkan untuk bersujud di hadapan manusia. Allah menguji mereka disebabkan protes dan bertanya kepda para malaikat mengenai nama-nama itu. Namun mereka tidak mengetahui nama-nama itu, tetapi Adam mengetahuinya. Para malaikat dikalahkan pada ujian ini dan keutamaan Adam yang didalam pengetahuannya tentang nama-nama itu menjadi jelas. Sujudnya malaikat dihadapan Adama ini bermaksud untuk menjelaskan konsep Islam tentang manusia. Manusia mengetahui hal-hal tertentu yang para malaikat tidak mengetahuinya. Pengetahuan ini mengenugerahi manusia keunggulan terhadap para malaikat walaupun kenunggulan para malaikat terhada manusia berkenaan dengan ras dan asal. Dengan kata lain, kemliaan dan martabat manusia berasal dari pengetahuan dan bukan dari garis keturunan.- Referensi : Shariati Ali. Sosiologi Islam: Pandangan Dunia Islam dalam Kajian Sosiologi untuk Gerakan Sosial Baru. Yogyakarta: Rausyanfikr Institute. 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar