Rest
In Peace Comandate Hugo Chavez (Beristirahatlah dalam
damai “Sang Komandan” Hugo Chavez). Kata-kata tersebut seraya memecahkan tangis
seluruh rakyat Venezuela pada 5 Maret 2013, karena meninggalnya pemimpin yang
mereka cintai sekaligus Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Pemimpin rakyat
Venezuela yang terkenal dengan Revolusi Bolivaria ini meninggal dunia akibat
penyakit kanker yang dideritanya sejak 2 tahun yang lalu. Hugo Chavez mengidap
penyakit kanker pelvis (tulang panggul) dan berjuang melawan penyakitnya
tersebut pasca operasi ditahun 2012 di Havana, Kuba. Hugo Chavez meninggal di
usia 58 tahun.
Pemimpin Venezuela yang
terkenal akan Revolusi Bolivarian, nama yang diambil dari pahlawan kemerdekaan
Amerika Selatan, Simon Bolivar, memulai perjuangannya dalam mewujudkan
sosialisme Venezuela sejak tahun 1992 dalam pemeberontakan melawan Presiden
Carlos Andres Perez. Pemeberontakan tersebut ia lakukan karena melihat kondisi
rakyat Venezuela yang menjadi korban kekerasan ekonomi Presiden Carlos Andres
Perez. Meski pemberontakan tersebut gagal, Chavez berhasil memenangi pemilihan
presiden dan menjadi Presiden Venezuela pada tahun 1998. Dan sejak itu,
kharismatik Chavez merebak diseluruh rakyat dan pendukungnya yang dikenal
dengan sebutan Chavistas.
Karirnya selama 14
tahun menjabat sebagai Presiden Venezuela telah mampu membuatnya disegani baik
oleh kawan politiknya maupun lawan politiknya. Sejarah keheroikan Hugo Chavez
salah satunya adalah ketika dia dengan tegas memperingatkan Amerika Serikat,
bahwa serangan terhadap Iran dengan alasan program nuklir Iran, hanya akan
berakibat luas dan membuat harga minyak dunia melambung tinggi. Jika Amerika
menyerang Iran, itu akan jauh lebih buruk daripada apa yang telah terjadi di
Irak. Chavez juga berpendapat bahwa kapitalisme adalah sebuah system yang
destruktif dan bahwa sosialisme adalah cara yang lebih maju. Perdagangan bebas
yang tidak terbatas merupakan perangkap bagi negara-negara yang paling berkuasa
didunia untuk bisa menjaga perbudakan tetap ada di Negara-negara yang paling
lemah.
Cita-cita sosialisme
abad ke-21 adalah cita-cita Chavez untuk Venezuela. Cita-cita tersebut ia aplikasikan
pada kebijakan untuk menasionalisasikan
perusahan-perusahaan asing. Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing ini ia
upayakan sebagai bagian dari penguatan ekonomi. Ini adalah langkah konkrit yang
dilakukan Chavez untuk revolusi sosialis abad 21 di Venezuela. Beberapa perusahan
tambang dan minyak asing berhasil dinasionalisasi oleh Chavez. Diantaranya
perusahaan tambang patungan Rusia dan Kanada, Rusoro dan perusahaan minyak
Amerika Serikat, ExxonMobil. Kebijakan ini bukan tanpa dampak. Banyak diantara
perusahaan-perusahaan asing saat ini enggan berinvestasi di Venezuela. Namun Chavez
bergeming untuk cita-cita sosialisme modern.
Meneladani
Perjuangan Chavez
Indonesia sebagai negara
yang kaya akan sumber daya alamnya setidaknya dapat mencontoh kebijakan yang
diambil oleh Venezuela. Banyaknya sumber-sumber penghasil minyak bumi,
tambang-tambang seperti emas dan batu bara seharusnya mampu dikelola sendiri
oleh tangan-tangan bangsa sendiri demi mewujudkan kemandirian bangsa. Berdirinya
institut-institut teknik seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan
Institut Teknologi Bandung (ITB) dan beberapa universitas serupa yang memiliki
jurusan-jurusan teknik yang mumpuni seharusnya dapat menjadi tempat lahirnya
putra-putra bangsa yang akan mengelola sumber daya alamnya sendiri demi
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai bangsa yan merdeka, sudah
sepatutnya putra bangsa bekerja demi kemajuan bangsa dan negaranya. Sumber daya
alam Indonesia, dikelola oleh putra Indonesia, demi kesejahteraan rakyat
Indonesia. Bukankah ini menjadi impian sekaligus cita-cita yang membanggakan
jika terwujud?
Pemimpin bangsa ini
semustinya jeli melihat kesempatan besar yang muncul didepan mata mereka. Diantara
hamparan laut dan ribuan pulau, terkandung kekayaan alam yang terselimut bumi. Diantara
200 juta penduduk Indonesia pastilah ada beribu-ribu bibit bangsa yang siap untuk
mengelola sumber daya alam demi kemakmuran bangsa. Bangsa yang siap bersaing
menghadapi globalisasi yang semakin menjadi. Kapitalisme yang merusak tatanan
sosial dan adat ketimuran haruslah dilawan, jangan dibiarkan menjadi subur dan
akhirnya mengahancurkan bangsa ini. Sudah saatnya pemimpin bangsa ini sedikit
memalingkan muka dari wajah politik yang hanya berujung kekuasaan tanpa
kemakmuran rakyat. Nasionalisasi perusahan-perusahaan asing bukanlah tindakan
yang buruk. Asalkan ada perhitunga yang matang dan tentunya dukungan penuh dari
seluruh rakyat Indonesia dan khususnya parlemen.
Meninggalnya Hugo
Chavez dan barangkali pemimpin-pemimpin bangsa terdahulu bukanlah tanpa
peninggalan. Peninggalan atau warisan tersebut bukanlah dalam bentuk harta maupun
benda. Warisan yang ditingglakan oleh mereka adalah semangat. Semangat untuk
memperjuangkan kesejahteraan rakyat, semangat untuk mewujudkan kemandirian
bangsa, dan semangat untuk memajukan bangsa. semangat itulah yang harus
diwarisi oleh seluruh elemen bangsa ini. Jika saat ini para kaum tua sedang
sibuk dengan dunia politiknya dan akhirnya menelantarkan rakyat, maka kaum
mudalah yang harus bicara dan bergerak untuk menyingkirkan kaum tua. Kaum muda
lah yang selanjutnya harus mewarisi semangat para tokoh-tokoh dunia tersebut
dan mewujudkan cita-cita bangsa ini, terwujudnya masyarakat adil makmur.
Hugo Chavez adalah
tokoh dunia yang telah berperan besar bagi negaranya. Menentang kapitalisme dan
imperialisme adalah tujuan utamanya. Dan akhirnya saat ini, semangat
juangnyalah yang bisa kita warisi dan menjadi teladan bersama. Selamat jalan
Hugo. Hasta siempre comandante Hugo
Chavez.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar